Friday, October 7, 2016

makalah manajemen keuangan II

BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Secara umum akuntansi mencakup kegiatan pendapatan dimulai dari transaksi dicatat untuk pertama kali dalam jurnal hingga menjadi laporan keuangan. Sehingga dapat dikatakan bahwa akuntansi sangatlah penting dalam kegiatan sehari-hari terutama bagi operasi perusahaan dalam satu periode. Di dalam akuntansi kita telah mengenal proses penyusunan laporan keuangan yang mana terdapat nama-nama akun dan nomor-nomor akun yang sesuai dengan ketentuan perusahaan. Proses akuntansi diantaranya mulai dengan bukti transaksi, jurnal (jurnal umum dan jurnal khusus), posting buku besar, neraca saldo, jurnal penyesuaian, neraca lajur, laporan keuangan (laporan laba rugi, neraca, laporan perubahan ekuitas), jurnal penutup, neraca saldo setelah pentupan, dan jurnal balik.

Dari tahapan diatas laporan keuangan neraca terdiri dari aktiva lancar, aktiva tetap, kewajiban dan modal. Dan yang akan dibahas kali ini adalah aktiva tetap, yaitu berbagai jenis aktiva dapat digunakan lebih dari satu periode untuk operasi perusahaan. Aktiva tetap terdiri dari aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud. Oleh karena itu perlunya untuk mengetahui serta memahami secara rinci tentang aktiva tetap baik aktiva tetap berwujud maupun tidak berwujud. Dengan cara demikian kita mampu mengaplikasikan apa saja yang terdapat di dalam aktiva tetap sebuah perusahaan.

RUMUSAN MASALAH
1.        Apa pengertian aktiva?
2.        Apa arti penting dari aktiva tetap?
3.        Apa saja sifat-sifat dari aktiva tetap?
4.        Bagaimana penggolongan dan klasifikasi dari aktiva tetap?
5.        Bagaiman Investasi Aset yang perlu dilaksanakan?

TUJUAN
1.        Mengetahui pengertian dari aktiva sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.
2.        Mengetahui arti penting dari aktiva tetap.
3.        Mengetahui sifat-sifat dari aktiva tetap.
4.        Mengetahui penggolongan dan klasifikasi pada aktiva tetap.





BAB II
PEMBAHASAN

PENGERTIAN AKTIVA TETAP
Aktiva ialah kekayaan perusahaan yang berwujud dan tidak berwujud, serta pengeluaran yang belum dialokasikan atau biaya yang masih harus dialokasikan pada penghasilan yang akan datang.
Aktiva tetap ialah aktiva tetap berwujud yang mempunyai nilai guna ekonomis jangka panjang, dimiliki perusahaan untuk menjalankan operasi guna menunjang perusahaan dalam mencapai tujuan dan dimiliki perusahaan tidak untuk dijual kembali agar diperoleh laba atas penjualan tersebut.
Meskipun semua aktiva memiliki beberapa ciri dasar yang umum, aktiva tetap memiliki ciri-ciri tambahan sebagai berikut :
-       Aktiva tetap merupakan barang-barang fisik yang dimiliki untuk memperlancar / mempermudah produksi barang-barang lain atau untuk menyediakan jasa-jasa bagi perusahaan atau para pelanggannya dalam kegiatan normal perusahaan.
-       Semua aktiva tetap memiliki usia terbatas, pada akhir usianya harus dibuang atau diganti.
Nilai aktiva tetap berasal dari kemampuannya untuk mengesampingkan pihak lain dalam mendapatkan hak - hak yang sah atas penggunanya dan bukan dari pemaksaan dari suatu kontrak.
Unsur-unsur aktiva tetap mempunyai ciri umum dan memiliki beberapa tujuan pelaporan keuangan yang sama. Salah satu tujuan ini di dasarkan kepada keseragaman mereka dalam proses akuntansi. Aktiva tetap dimiliki untuk mendapatkan jasa-jasanya di masa mendatang, oleh karena itu aktiva tetap dibebankan sebagai biaya usia manfaatnya dengan cara yang sama seperti biaya di bayar dimuka (prepaid expense). Perbedaan pokok antara biaya dibayar dimuka dan aktiva tetap terletak pada usia aktiva tersebut. Biaya dibayar dimuka biasanya di bebankan sebagai ongkos selama siklus kegiatan berjalan atau satu tahun,tergantung mana yang lebih lama,sedangkan aktiva tetap di bebankan sebagai biaya selama satu periode yang lebih panjang. Tetapi jika keseragaman dalam proses akuntansi itu di anggap sebagai tujuan utama klasifikasi maka pos-pos tidak berwujud yang usianya terbatas mungkin harus di sertakan pula di dalamnya tetapi klasifikasi menurut proses akuntansi bukanlah tujuan yang relevan.
Tujuan kedua dalam penguraian dan pengukuran pos-pos aktiva tetap adalah memberikan indikasi jumlah fisik atau kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan dan juga beberapa petunjuk mengenai usia relatifnya serta taksiran masa pakainya yang akan datang. Semua informasi itu tidak mungkin terpenuhi dengan sejumlah angkadalam rupiah. Namun demikian untuk aktiva atau aktiva tertentu mungkin lebih relevan jika digunakan basis penilaian input daripada nilai likuidasinya : dan suatu penilaian yang di dasarkan pada tafsiran nilai barang atau jasa atau arus kas di masa mendatang tidak mungkin di pergunakan sebagai pengukur baik secara teoritis maupun praktis. Suatu jumlah akumulasi penyusutan yang di kurangkan dari suatu nilai input tidak dapat menghasilkan gambaran yang cukup tentang kondisi atau usia relatif aktiva tetap tersebut.
Tujuan ketiga adalah tujuan yang penting dari klasifikasi dan penilaian aktiva tetap untuk menyajikan suatu gambaran mengenai kegiatan suatu perusahaan sebagaimana pengelompokkan moneter dan aktiva lancar menunjukkan informasi mengenai kegiatan perusahaan, demikian pula halnya dengan pengelompokkan investasi dalam pos-pos modal. Jumlah relatif modal yang di tanamkan dalam aktiva tetap merupakan informasi yang relevan bagi penanam modal dan para kreditur, karena hal itu mungkin dapat menambah informasi untuk membantu meramal arus kas di masa depan dan memberikan petunjuk mengenai periode sebelum perusahaan berkesempatan menanamkan kembali sumber dayanya untuk penggunaan yang sama atau penggunaan lainnya tanpa adanya keharusan likuidasi (forced liquidation). Dalam perusaan Public Utility (pelayanan umum seperti PLN, TELKOM, GAS, dll) dan dalam berbagai perusahaan jasa lainnya, jumlah yang ditanamkan sebagai pos-pos modal jangka panjang merupakan kelompok terpenting sebagai sumber daya penghasilan di masa mendatang. Karena alasan inilah maka sebagian besar public utility menyajikan pos-pos aktiva tetap pada bagian pertama dalam neraca, mendahului aktiva lancar. Pos-pos aktiva tetap nonoperasional biasanya disajikan di neraca dalam kelompok yang terpisah, meskipun masalah penilaian dan penyusutanya sama dengan aktiva tetap operasi. Karena itu sebagian besar uraian berikut akan dikaitkan baik dengan unsur-unsur aktiva tetap operasional maupun non operasional.

Klasifikasi aktiva tetap secara umum terdiri atas:
1.        Aktiva Tetap Berwujud (fixed asset)
Adalah aktiva-aktiva yang berwujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal. Istilah relatif permanen menunjukan sifat dimana aktiva yang bersangkutan dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif cukup lama.
Akitiva tetap berwujud yang dimiliki oleh suatu perusahaan dapat mempunyai macam-macam bentuk seperti tanah, bangunan, mesin-mesin dapat alat-alat, kendaraan, mebel dan lain-lain. Dari macam-macam aktiva tetap berwujud di atas untuk tujuan akutansi dilakukan pengelompokan sebagai berikut :
-        Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas seperti tanah untuk letak perusahaan, pertanian dan peternakan.
-        Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya bias diganti dengan aktiva yang sejenis.
-        Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya tidak dapat diganti dengan aktiva yang sejenis.

Aktiva tetap biasanya digolongkan menjadi empat kelompok, yaitu : Tanah, seperti tanah yang digunakan sebagai tempat berdirinya gedung-gedung perusahaan. Perbaikan tanah, seperti jalan-jalan diseputar lokasi perusahaan yang dibangun oleh perusahaan, tempat parkir, dan pagar. Gedung, seperti kantor, toko, pabrik, dan gudang. Peralatan, seperti peralatan kantor, peralatan pabrik, mesin-mesin, kendaraan, dan mebel. Sudut Substansi

2.        Aktiva Tetap Tidak Berwujud (intangible asset)
Aktiva tidak berwujud adalah aktiva tetap perusahaan yang secara fisik tidak dapat dinyatakan. Contoh Aktiva tidak berwujud adalah hak paten, hak cipta hak merek, biaya riset dan pengembangan biaya ditangguhkan serta hak pengusahaan sumber alam. Aktiva tidak berwujud dapat diperoleh melalui pembelian atau dikembangkan sendiri oleh perusahaan.
Apabila suatu aktiva tidak berwujud diperoleh dengan membeli dari pihak luar, maka disamping harga beli yang termasuk sebagai harga perolehan (cost) adalah biaya – biaya tambahan untuk mendapatkannya seperti biaya yang dibayarkan kepada pemerintah dan notaries serta biaya administrasi yang berhubungan. Apabila suatu aktiva tidak berwujud diperoleh dengan jalan mengembangkan sendiri ,maka termasuk dalam harga perolehan adalah biaya-biaya bahan, peralatan, dan fasilitas, biaya gaji dan upah dan biaya tidak langsung misalnya alokasi biaya administrasi dan umum. Aktiva tidak berwujud mungkin timbul dari :
1.    Pemerintah-seperti hak paten, hak cipta, frenchis, merek dagang, dan nama dagang.
2.    Perusahaan lain, misalnya pembelian yang mencakup pembayaran untuk goodwill.
3.    Perjanjian tertentu-seperti frenchise dan lease.

Aset Tidak Berwujud hanya dapat diakui apabila berasal dari eksternal. Sedangkan biaya penelitian dan pengembangan yang terkait dengan upaya menghasilkan aset tidak berwujud secara internal tidak dapat diakui sebagai Aset Tidak Berwujud, kecuali merupakan bagian dari perolehan aset lain.

PEROLEHAN, PENYUSUTAN DAN PELAPORAN
Kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan disebut aktiva atau harta  (assets). Aktiva menunjukan bentuk kekayaan yang dimiliki perusahaan yang merupalan sumber daya (resources) bagi perusahaan untuk melakukan usaha.  Setiap perusahaan memiliki laporan keuangan. Laporan keuangan adalah laporan yang dirancang untuk para pembuat keputusan, terutama pihak diluar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. Laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas. Neraca adalah laporan keuangan yang dapat memberi informasi tentang sumber-sumber daya yang dimiliki perusahaan dan sumber pembelanjaan untuk memperolehnya. Laporan ini menyajikan posisi keuangan perusahaan yang didalamnya terdiri dari tiga komponen penting yaitu aktiva, kewajiban dan modal. Aktiva dapat dibedakan menjadi dua, yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap.
         
1.    Harga Perolehan
Semua biaya yang terjadi untuk memperoleh suatu aktiva tetap sampai tiba ditempat dan siap dipakai harus dimasukkan sebagai bagian dari harga perolehan (cost) aktiva yang bersangkutan.
Contoh :
apabila perusahaan membeli sebuah tanah dengan harga Rp.20.000.000 dan untuk biaya notarisnya Rp.400.000, biaya balik nama sebesar Rp.300.000 dan komisi kepada makelar Rp.200.000 maka harga perolehan dari tanah tersebut adalah Rp.20.900.000.

Perolehan Dengan Angsuran
Ada kalanya aktiva tetap dibeli secara angsuran. Dalam hal demikian kontrak pembelian dapat menyebutkan bahwa pembayaran akan dilakukan dalam sekian kali angsuran dan terhadap saldo yang belum dibayar dikenakan bunga.
Contoh :
perusahaan membeli tanah dengan harga Rp.50.000.000,- dengan 25 kali angsuran bulanan terhadap saldo yang belum dibayar, dan dikenakan bunga 12% setahun.
Ayat jurnal yang perlu dibuat yaitu :
         
                 Tanah                                                              Rp.50.000.000,-
Hutang angsuran                                                                             Rp.50.000.000,-

Pada waktu membayar angsuran pertama, jumlah yang harus dibayar dihitung sebagai berikut: 
Angsuran bulanan Rp.50.000.000,- / 25                                                   =   Rp.  2.000.000,-
Bunga selama sebulan yg belum dibyr 1/12 x 12%  x Rp.50.000.000,-   =   Rp.     500.000,-
Jumlah yang harus dibayar                                                                       =   Rp.  2.500.000,-

Ayat jurnal yang perlu dibuat untuk pembayaran ini :
          Hutang angsuran                                            Rp.  2.000.000,-
          Biaya bunga                                                    Rp.     500.000,-
                   Bank                                                                                        Rp.2.500.000,-

Angsuran kedua terdiri dari hutang pokok bulanan sebesar Rp.2.000.000,- dan sisa hutang Rp.48.000.000,- Bunga yang dibebankan 1/12 x 12% x Rp.48.000.000,- = Rp.480.000,-.
Ayat jurnal yang perlu dibuat yaitu :
Hutang angsuran                                            Rp.  2.000.000,-
Biaya bunga                                                    Rp.     480.000,-
          Bank                                                                                        Rp.2.480.000,-

proses perhitungan, pembayaran dan pencatatan angsuran seperti tersebut akan berulang setiap bulan sekali sampai semua hutang angsuran telah dibayar.

2.    Penyusutan
Semua jenis aktiva tetap kecuali tanah, akan semakin berkurang kemampuannya untuk memberikan jasa bersamaan dengan berlalunya waktu. Beberapa faktor yang mempengaruhi menurunnya kemampuan ini adalah pemakaian, keausan, ketidakseimbangan kapasitas yang tersedia dengan yang diminta dan keterbelakangan teknologi. Berkurangnya kapasitas berarti berkurangnya nilai aktiva tetap yang bersangkutan dan hal ini perlu dicatat dan dilaporkan. Pengakuan adanya penurunan nilai aktiva tetap berwujud ini disebut penyusutan (depreciation). Ayat jurnal yang perlu dibuat untuk mencatat penyusutan dalam debit biaya penyusutan dan kredit akumulasi penyusutan. Perkiraan akumulasi penyusutan digunakan untuk mencatat secara akumulatif jumlah penyusutan yang telah dilakukan. Selisih antara harga perolehan dengan akumulasi penyusutan merupakan bagian dari harga perolehan yang belum disusutkan. Selisih ini disebut nilai buku (book value) aktiva tetap.

Metode Penyusutan
Ada dua faktor yang mempengaruhi besarnya penyusutan yaitu nilai aktiva tetap yang digunakan dalam penghitungan penyusutan (dasar penyusutan) dan taksiran manfaat. Dasar penyusutan dapat berupa harga perolehan dan nilai buku.
Untuk menghitung penyusutan, taksiran manfaat dinyatakan dalam tarif  penyusutan dan dapat dihitung dengan rumus :

Metode garis lurus (Straight line)
Biaya penyusutan dialokasikan berdasarkan berlalunya waktu, dalam jumlah yang sama, sepanjang masa manfaat aktiva tetap.

Biaya penyusutan = Tarif penyusutan x Dasar penyusutan
Dasar penyusutan = Harga perolehan – nilai sisa

Contoh :
tarif penyusutan dengan taksiran manfaat 5 tahun , maka tarifnya 100% : 5 = 20 %
harga kendaraan Rp 12.500.000, nilai sisa diperkirakan Rp 1.550.000,-
maka biaya penyusutannya = 20% (Rp.12.500.000 – Rp.1550.000) = Rp.2.190.000
TAHUN
PEROLEHAN BIAYA
PENYUSUTAN
AKUMULASI PENYUSUTAN
NILAI BUKU
1
12.500.000
2.190.000
2.190.000
10.310.000
2
12.500.000
2.190.000
4.380.000
8.120.000
3
12.500.000
2.190.000
6.570.000
5.930.000
4
12.500.000
2.190.000
8.760.000
3.740.000
5
12.500.000
2.190.000
10.950.000
1.550.000


Metode saldo menurun (Declining balance)
Biaya penyusutan akan merata sepanjang umur aktiva tetap dan biaya penyusutan makin menurun dari tahun ke tahun selama taksiran masa manfaat dikarenakan semakin tua, kapasitas aktiva dalam memberikan jasanya juga akan semakin menurun.     

Biaya penyusutan = Tarif penyusutan x Dasar penyusutan
Dasar penyusutan = Nilai buku awal periode

Metode jumlah angka tahun akan menghasilkan jadwal penyusutan yang sama dengan metode saldo menurun. Jumlah penyusutan akan makin menurun dari tahun ke tahun.

Biaya penyusutan = Tarif penyusutan x Dasar penyusutan
Dasar penyusutan = Harga perolehan – nilai sisa

Metode unit produksi, dalam metode unit produksi taksiran manfaat dinyatakan dalam kapasitas produksi yang dapat dihasilkan. Kapasitas produksi itu sendiri dapat dinyatakan dalam bentuk unit produksi, jam pemakaian, kilometer pemakaian atau unit-unit kegiatan yang lain. Harga perolehan dikurangi nilai sisa merupakan dasar penyusutan.

3.    Penilaian dan pelaporan
Aktiva tetap dinilai sebesar nilai bukunya, yaitu harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan. Tetapi apabila manfaat ekonomi dari suatu aktiva tetap tidak lagi sebesar nilai bukunya, maka aktiva tersebut dinyatakan sebesar jumlah yang sepadan dengan nilai manfaat ekonomi yang tersisa. Penurunan nilai kegunaan aktiva tersebut dicata sebagai kerugian. Dalam laporan keuangan, aktiva tetap dirinci menurut jenisnya, seperti tanah, gedung, mesin-mesin, peralatan dan lain-lain.

Contoh penyajian kelompok aktiva tetap di neraca apabila akumulasi penyusutan dikurangkan secara keseluruhan adalah sebagai berikut :

Aktiva tetap :
Peralatan kantor                                                                                   Rp.         30.000.000
Peralatan toko                                                                                      Rp.         50.000.000
Kendaraan                                                                                           Rp.         25.000.000
Gedung                                         ‘                                                      Rp.       105.000.000
Tanah                                                                                                   Rp.         20.000.000
                   Total                                                                                 Rp.       230.000.000
Akumulasi penyusutan                                                                        Rp.       (52.500.000)
Total aktiva tetap, neto                                                                      Rp.       177.500.000

PENJUALAN
Aktiva tetap yang sudah tidak terpakai lagi dapat ditarik dari pemakaian. Penarikan (retirements) dapat dilakukan dengan dijual, ditukarkan dengan aktiva lain atau dibuang begitu saja (dihapuskan). Ayat jurnal yang harus dibuat untuk ketiga macam transaksi tersebut sedikit berbeda, namun yang pasti, nilai buku aktiva yang bersangkutan harus dikeluarkan dari pembukuan. Hal ini dilakukan dengan mengkredit harga perolehan dan mendebit akumulasi penyusutannya. Suatu aktiva tetap tidak boleh dikeluarkan dari pembukuan hanya karena telah habis disusutkan. Harga perolehan maupun akumulasi penyusutan aktiva tetap yang telah habis disusutkan tetap disajikan, walaupun kalau dinettokan, nilai bukunya sama dengan nol.
Apabila suatu aktiva tetap dijual, niai bukunya dihitung sampai dengan tanggal penjualan. Nilai buku ini kemudian dibandingkan dengan hasil penjualan yang diterima. Selisih yang diperoleh merupakan keuntungan atau kerugian karena penjualan aktiva tetap.

PENUKARAN
Suatu aktiva tetap yang sudah berkurang manfaatnya, dapat ditukarkan dengan yang lain. Penukaran aktiva teatp dapat dilakukan dengan aktiva sejenis (misalnya mobil dengan mobil) atau dapat juga dengan tidak sejenis (misalnya mobil dengan mesin).
Dalam penukaran (trade in) aktiva tetap, terlebih dahulu harus ditentukan nilai tukarnya (trade in allowance). Selisih antara nilai tukar aktiva lama dengan harga aktiva baru merupakan keuntungan atau kerugian dari penukaran. Apabila nilai tukar lebih besar dari nilai buku, maka memperoleh keuntungan dan sebaliknya jika nilai tukar lebih kecil dari nilai buku maka merupakan kerugian. Ada dua cara pencatatan untuk transaksi penukaran aktiva tetap yaitu :
a.    Untuk penukaran aktiva tidak sejenis ,keuntungan dan kerugian dibebankan dalam tahun berjalan.
b.    Untuk penukaran aktiva sejenis,keuntungan dikurangkan pada harga aktiva baru, sedangkan kerugian dibebankan dalam tahun berjalan.

PENGHAPUSAN
Kemungkinan lain bagi aktiva yang sudah tidak bermanfaat adalah dihapuskan. Ini terjadi kalau aktiva tetap tidak dapat dijual atau ditukarkan. Apabila aktiva belum disusutkan penuh, maka akibat penghapusan ini adalah terjadinya kerugian sebesar nilai buku. Seperti halnya kerugian dari penjualan aktiva tetap kerugian karena penghapusan aktiva juga dilaporkan sebagai biaya lain-lain. Adakalanya penghapusan aktiva tetap dilakukan karena kejadian – kejadian yang tidak diharapkan seperti kebakaran.
Contoh :
Anggaplah bahwa mobil yang dibeli pada tanggal 2 Januari 2014 dengan harga Rp.10.000.000, pada tanggal 1 Juli 2014 mengalami tabrakan berat dan tidak dapat dipakai lagi. Ganti rugi yang diterima dari perusahaan asuransi adalah Rp. 8.000.000.
Ayat jurnal yang sesuai yaitu :
Pertama
          Biaya penyusutan                                                         1.000.000
                     Akumulasi penyusutan                                                                 1.000.000
           
Kedua
          Akumulasi penyusutan                                                 7.000.000
          Kerugaian karena penghapusan a.t                              3.000.000
                     Kendaraan                                                                                    10.000.000

Ketiga
          Piutang klaim asuransi                                                 8.000.000
                      Pendapatan klaim asuransi                                                           8.000.000


Penjelasan Ayat jurnal :
(1)     Pencatatan penyusutan dari tanggal 1 Januari 2014 sampai dengan 1 Juli 2014 yang belum dicatat.
(2)     mencatat penghapusan aktiva tetap
(3)     mencatat klaim asuransi yang akan diterima.
INVESTASI AKTIVA TETAP
Dana yang tertanam dalam aktiva tetap seperti halnya dana yang diinvestasikan dalam aktiva lancar juga mengalami proses perputaran. Secara konseptual sebenarnya tidak ada perbedaan antara investasi dalam aktiva tetap dengan investasi dalam aktiva lancar. Investasi dalam aktiva tetap (seperti mesin-mesin, bangunan, kendaraan dan lain-lain) dana yang ditanam didalamnya akan diterima kembali keseluruhannya oleh perusahaan dalam waktu beberapa tahun, dan kembalinya secara berangsur-angsur. Jumlah dana yang tertanan tidak sama jumlahnya selama periode investasi atau selama umur penggunaan aktiva tersebut. Jumlah dana yang terikat dalam aktiva tetap akan berangsur-angsur berkurang sesuai dengan metode depresiasi yang digunakan.
Dalam menilai untung tidaknya suatu investasi yang akan dipakai untuk mengambil keputusan investasi ada beberapa kriteria yang digunakan. Pada dasarnya kriteria penilaian investasi tersebut dapat digolongkan menjadi 2 golongan yaitu :
1.        Kriteria investasi yang mendasarkan pada konsep keuntungan yaitu Average Rate of Return (ARR) / Acounting Rate of Return (ARR)
2.        Kriteria yang mendasarkan pada konsep cash flow, terdiri dari :
a.         Konsep cash flow yang tidak memperhatikan nilai waktu dari uang atau faktor diskonto (nondisconted cash flow) yaitu medote pay back periode
b.         Konsep cash flow yang memperhatikan nilai waktu dari uang atau kaktor diskonto (discounted cash flow) yaitu :
-            Nilai sekarang bersih/neto atau Net Present Value (NPV)
-            Indek Keuntungan / Profitabilitas Indeks (PI)
-            Internal Rate of Return (IRR)

1.        Average Rate of Return (ARR)
Average Rate of Return (ARR) adalah metode penilaian investasi yang berusaha menunjukkan ratio atau perbandingan antara keuntungan neto tahunan terhadap nilai investasi yang diperlukan untuk memperoleh laba/keuntungan tersebut baik diperhitungkan dengan nilai awal investasi atau rata-rata investasi.
Jadi rate return dapat dihitung dengan =
Keuntungan neto Tahunan
     Nilai Investasi awal

Atau atas dasar rata-rata investasi =
Keuntungan neto Tahunan / Nilai Rata-rata Investasi
                                    2

Contoh :
Suatu Perusahaan merencanakan untuk membeli sebuah mesin baru yang sebelumnya belum dimiliki seharga Rp.100.000.000,-, taksiran tambahan keuntungan bersih sesudah pajak akibat dibelinya mesin tersebut :
TAHUN
KEUNTUNGAN
1
2
3
4
5
Rp. 8.000.000,-
Rp.  9.500.000,-
Rp.10.000.000,-
Rp.13.500.000,-
Rp.10.000.000,-
Total
Rp.51.000.000,-

Besarnya ARR atas dasar nilai investasi awal adalah :
ARR = (Rp.51.000.000,- / Rp.100.000.000,-) x 100% = 51%

Besarnya ARR atas dasar nilai rata-rata investasi awal adalah :
ARR = (Rp.51.000.000,- / Rp.100.000.000,-) x 100% = 25,5%
                                    2

Untuk pengambilan keputusan untuk diterima tidaknya adalah investasi yang direncanakan berdasarkan ARR ini adalah dibandingkan dengan target ARR atau minimum ARR yang ditetapkan, masing-masing dengan dasar nilai investasi awal dan rata-rata investasi. Investasi yang diterima adalah investasi yang menghasilkan ARR lebih besar dari ARR minimum.

2.        Net Present Value
Dalam periode ini kita menggunakan faktor diskonto. Semua pengeluaran dan penerimaan harus diperbandingkan dengan nilai yang sebanding dalam arti waktu. Dalam hal ini berarti kita harus mendiskontokan nilai-nilai pengeluaran dan penerimaan ke dalam penilaian yang sebanding. Urutan-urutan perhitungan dalam metode ini adalah sebagai berikut ;
a.       Menghitung cash flow yang diharapkan dari investasi yang akan dilaksanakan
b.      Mencari nilai sekarang (present value) dari cash flow dengan mengalikan tingkat diskonto/discount rate tertentu yang ditetapkan.
c.       Kemudian jumlah nilai sekarang / present value dari cash flow selama umur investasi dikurangi dengan nilai investasi awal akan menghasilkan net present value / NPV

Contoh :
Suatu investasi yang akan mengeluarkan dana sebesar Rp.15.000.000,- yang berumur 6 tahun dan akan memperoleh penerimaan kas bersih selama 6 tahun adalah :
TAHUN
PENERIMAAN KAS BERSIH
1
2
3
4
5
6
Rp. 2.000.000,-
Rp.  5.000.000,-
Rp.  6.000.000,-
Rp.  8.000.000,-
Rp.  4.000.000,-
Rp.  1.000.000,-
Total
Rp.26.000.000,-

Jika dipergunakan tingkat diskonto sebesar 15% maka net present value / NPV dari rencana investasi.
TAHUN
NET CASH FLOW / PROCEEDS
TINGKAT DISKONTO 15%
PRESENT VALUE NET CASH FLOW
1
2
3
4
5
6
Rp. 2.000.000,-
Rp.  5.000.000,-
Rp.  6.000.000,-
Rp.  8.000.000,-
Rp.  4.000.000,-
Rp.  1.000.000,-
0,870
0,756
0,658
0,572
0,497
0,432
Rp. 1.740.000,-
Rp.  3.780.000,-
Rp.  3.948.000,-
Rp.  4.576.000,-
Rp.  1.988.000,-
Rp.    432.000,-
Total
Rp.16.464.000,-

NPV = PV Of Proceeds – Initial Outlays
Jadi Net Present Value = Rp.16.464.000,- - Rp.15.000.000,- = Rp.1.464.000,-

3.        Payback Period
Payback period menunjukkan periode waktu yang diperoleh untuk menutup kembali uang yang telah diinvestasikan dengan hasil yang akan diperoleh (net cash flow) dari investasi tersebut. Payback period ini dimaksudkan untuk mengukur kecepatan dari suatu investasi dan dapat dikutip kembali dengan net cash flow dari hasil inventaris.
Dari contoh soal mengenai ARR diatas, apabila ditetapkan payback period maksimum disyaratkan 4 tahun, maka dapat diperhitungkan sebagai berikut :
TAHUN
KEUNTUNGAN SETELAH PAJAK
BIAYA PENYUSUTAN DENGAN METODE STRATEGI LINE
NET CASH FLOW
SISA NILAI INVESTASI
1
2
3
4
5
Rp. 8.000.000,-
Rp.  9.500.000,-
Rp.10.000.000,-
Rp.13.500.000,-
Rp.10.000.000,-
Rp. 10.000.000,-
Rp.  10.000.000,-
Rp.  10.000.000,-
Rp.  10.000.000,-
Rp.  10.000.000,-
Rp. 18.000.000,-
Rp.  19.500.000,-
Rp.  20.000.000,-
Rp.  23.500.000,-
Rp.  20.000.000,-
Rp.        82.000.000,-
Rp.       62.500.000,-
Rp.       42.500.000,-
Rp.       19.000.000,-
(lebih
101.000.000)

Atas dasar tabel tersebut diatas maka payback period dari rencana investasi yang akan dilaksanakan itu adalah 4 tahun lebih dan kurang dari 5 tahun.
Apabila kita bandingkan dengan payback maksimum yang disyaratkan maka payback period investasi yang akan dilaksanakan lebih besar dari payback period maksimum, oleh karena itu investasi itu ditolak atau jadi dilaksanakan.

4.        Profabilitas Indeks (PI)
Profabilitas Indeks (PI) adalah perbandingan dari present value dari net cash flow dengan present value dari initial outlays
PI = P.V.Net Cash Flow (Proceeds)
           P.V. Initial Outlays (IO)

Untuk pengambilan keputusan dari kriteria penilaian profitabilitas Indeks adalah apabila PI lebih besar dari 1 maka usulan inventaris akan diterima dan dilaksanakan tetapi apabila PI kurang dari 1 maka investasi itu akan ditolak.

Dari contoh tersebut pada kriteria NPV, maka
PV of Proceeds                             =     Rp. 16.464.000,-
PV of Outlays/Initial Outlays       =     Rp. 15.000.000,-

Profitabilitas Indeks (PI)               =     Rp. 16.464.000,-
                                                              Rp. 15.000.000,-
                                                       =     Rp.1,0976

Karena PI adalah Rp.1,0976 lebih besar dari 1 maka urulan investasi tersebut diterima.

5.        Internal Rate Return (IRR)
Internal Rate Return addalah tingkat diskonto yang menjadikan sama antara present value dari penerimaan cash dan present value dari nilai investasi discount rate yang menunjukkan net present value atau sama besarnya dengan nol.
Oleh karena itu IRR adalah merupakan tingkat diskonto dari persamaan dibawah ini :

IO        =      P1  +   P2   +................Pn
                 (1+i)1   (1+i)2                (1+i)n

IO = Initial outlays (nilai investasi mula-mula)
Pt = Net cash flow (proceed) oada tahun ke-t
i = Tingkat diskonto
n = Lama waktu / Periode umur investasi

Apabila dengan discount rate yang kita pilih dihasilkan NPV positif (+) maka IRR yang akan dicari diatas discount rate tersebut, sehingga harus diambil discount rate yang lebih besar. Sebaliknya apabila dengan discount rate yang kita ambil menghasilkan NPV negatif (-) maka IRR berada dibawah discount rate / tingkat discount tersebut, seterusnya kita cari dengan coba-coba sampai menemukan discount rate yang menghasilkan NPV = 0 (nol).
Tetapi Internal Rate or Return dapat dicari dengan menggunakan rumus :

IRR     =   IR1 – NPV1         IR2 – IR1
                                        NPV2 – NPV1

Dimana :
IRR       =   Internal Rate of Return yang akan dicari
IR1         =   Internal Rate (tingkat bunga) untuk penetapan ke-1
IR2            =   Internal Rate (tingkat bunga) untuk penetapan ke-2
NPV1      =   Net Present Value dari hasil IR-1
NPV1      =   Net Present Value dari hasil IR-2

Berdasarkan contoh diatas besarnya IR dapat kita hitung dengan ditetapkan tingkat bunga pertama adalah 15% sedangkan yang kedua adalah 20%.
Tahun
Net Cash Flow / Proceeds
IR 15%
IR 20%
DF*)
PV
DF*)
PV
1
2
3
4
5
6
2.000.000
5.000.000
6.000.000
8.000.000
4.000.000
1.000.000
0,870
0,756
0,658
0,572
0,497
0,432
        1.740.000
        3.780.000
        3.948.000
        4.576.000
        1.988.000
          432.000
0,833
0,694
0,579
0,482
0,402
0,335
1.666.000
3.470.000
3.474.000
3.856.000
1.608.000
335.000
PV Proceeds

16.464.000

14.409.000
PV Outlays

15.000.000

15.000.000
NPV

1.464.000

(591.000)

IRR          =     15% - 1.464.000,-              20% - 15%            .
                                                         (591.000,-) – 1.464.000,-

                 =     15% - 1.464.000,-              15%            .
                                                               (2.055.000,-)

                 =     15% +  7.320.000,-
                                 2.055.000,-
                 =     18,56%

Apabila IRR > Required rate of return atau IRR > weighted cost usulan investasi diterima dan sebaliknya.




BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Setelah kita mengupas beberapa masalah seputar aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud, dapat disimpulkan bahwa aktiva tetap berwujud adalah aktiva-aktiva yang berwujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal. Seperti, mesin, peralatan, tanah, dan lain-lain. Sedangkan aktiva tetap tidak berwujud adalah aktiva tetap perusahaan yang secara fisik tidak dapat dinyatakan, tetapi berpengaruh terhadap kontinuitas perusahaan, seperti hak paten, merk dagang, hak cipta, dan lain-lain.
Adapun perbedaan yang menonjol dari keduanya yaitu bentuk nyata atau bentuk fisik, nilai aktiva, Usia atau umur aktiva. Perlakuan akuntansi aktiva tak berwujud menyangkut masalah yang tidak berbeda dengan perlakuan akuntansi terhadap aktiva tetap, diantaranya adalah penentuan nilai perolehan, perlakuan akuntansi selanjutnya terhadap nilai perolehan tersebut dalam kondisi usaha normal (amortisasi), dan perlakuan akuntansi atas penurunan nilai aktiva tak berwujud yang material dan permanen. Kesulitan yang dihadapi dalam pemecahan masalah perlakuan akuntansi aktiva tak berwujud pada umumnya disebabkan oleh sifat aktiva tersebut, seperti tidak adanya wujud fisik yang menyebabkan bukti keberadaannya kabur, dan kesulitan dalam penentuan nilai perolehan serta masa manfaat keekonomiannya.

3.2  Saran

Setelah disusunnya makalah mengenai aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud, diharapkan dapat menambah wawasan pembaca khususnya dimata kuliah pengantar akuntansi. Begitu juga alangkah baiknya apabila kita mencari sumber referensi lebih banyak dari berbagai sumber sehingga ilmu dan wawasan yang kita dapatkan semakin luas.

No comments:

Post a Comment