PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Secara umum akuntansi mencakup kegiatan pendapatan dimulai dari transaksi dicatat untuk pertama kali dalam jurnal hingga menjadi laporan keuangan. Sehingga dapat dikatakan bahwa akuntansi sangatlah penting dalam kegiatan sehari-hari terutama bagi operasi perusahaan dalam satu periode. Di dalam akuntansi kita telah mengenal proses penyusunan laporan keuangan yang mana terdapat nama-nama akun dan nomor-nomor akun yang sesuai dengan ketentuan perusahaan. Proses akuntansi diantaranya mulai dengan bukti transaksi, jurnal (jurnal umum dan jurnal khusus), posting buku besar, neraca saldo, jurnal penyesuaian, neraca lajur, laporan keuangan (laporan laba rugi, neraca, laporan perubahan ekuitas), jurnal penutup, neraca saldo setelah pentupan, dan jurnal balik.
Dari tahapan diatas laporan keuangan neraca terdiri dari aktiva lancar, aktiva tetap, kewajiban dan modal. Dan yang akan dibahas kali ini adalah aktiva tetap, yaitu berbagai jenis aktiva dapat digunakan lebih dari satu periode untuk operasi perusahaan. Aktiva tetap terdiri dari aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud. Oleh karena itu perlunya untuk mengetahui serta memahami secara rinci tentang aktiva tetap baik aktiva tetap berwujud maupun tidak berwujud. Dengan cara demikian kita mampu mengaplikasikan apa saja yang terdapat di dalam aktiva tetap sebuah perusahaan.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa pengertian aktiva?
2.
Apa arti penting dari
aktiva tetap?
3.
Apa saja sifat-sifat
dari aktiva tetap?
4.
Bagaimana penggolongan
dan klasifikasi dari aktiva tetap?
5.
Bagaiman Investasi Aset
yang perlu dilaksanakan?
TUJUAN
1.
Mengetahui pengertian
dari aktiva sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.
2.
Mengetahui arti penting
dari aktiva tetap.
3.
Mengetahui sifat-sifat
dari aktiva tetap.
4.
Mengetahui penggolongan
dan klasifikasi pada aktiva tetap.
BAB
II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN
AKTIVA TETAP
Aktiva ialah
kekayaan perusahaan yang berwujud dan tidak berwujud, serta pengeluaran yang
belum dialokasikan atau biaya yang masih harus dialokasikan pada penghasilan
yang akan datang.
Aktiva tetap
ialah aktiva tetap berwujud yang mempunyai nilai guna ekonomis jangka panjang,
dimiliki perusahaan untuk menjalankan operasi guna menunjang perusahaan dalam
mencapai tujuan dan dimiliki perusahaan tidak untuk dijual kembali agar
diperoleh laba atas penjualan tersebut.
Meskipun semua
aktiva memiliki beberapa ciri dasar yang umum, aktiva tetap memiliki ciri-ciri
tambahan sebagai berikut :
-
Aktiva tetap merupakan
barang-barang fisik yang dimiliki untuk memperlancar / mempermudah produksi
barang-barang lain atau untuk menyediakan jasa-jasa bagi perusahaan atau para pelanggannya
dalam kegiatan normal perusahaan.
-
Semua aktiva tetap
memiliki usia terbatas, pada akhir usianya harus dibuang atau diganti.
Nilai aktiva tetap berasal dari kemampuannya untuk mengesampingkan pihak lain dalam mendapatkan hak - hak yang sah atas penggunanya dan bukan dari pemaksaan dari suatu kontrak.
Nilai aktiva tetap berasal dari kemampuannya untuk mengesampingkan pihak lain dalam mendapatkan hak - hak yang sah atas penggunanya dan bukan dari pemaksaan dari suatu kontrak.
Unsur-unsur
aktiva tetap mempunyai ciri umum dan memiliki beberapa tujuan pelaporan
keuangan yang sama. Salah satu tujuan ini di dasarkan kepada keseragaman mereka
dalam proses akuntansi. Aktiva tetap dimiliki untuk mendapatkan jasa-jasanya di
masa mendatang, oleh karena itu aktiva tetap dibebankan sebagai biaya usia
manfaatnya dengan cara yang sama seperti biaya di bayar dimuka (prepaid
expense). Perbedaan pokok antara biaya dibayar dimuka dan aktiva tetap terletak
pada usia aktiva tersebut. Biaya dibayar dimuka biasanya di bebankan sebagai
ongkos selama siklus kegiatan berjalan atau satu tahun,tergantung mana yang
lebih lama,sedangkan aktiva tetap di bebankan sebagai biaya selama satu periode
yang lebih panjang. Tetapi jika keseragaman dalam proses akuntansi itu di
anggap sebagai tujuan utama klasifikasi maka pos-pos tidak berwujud yang
usianya terbatas mungkin harus di sertakan pula di dalamnya tetapi klasifikasi
menurut proses akuntansi bukanlah tujuan yang relevan.
Tujuan kedua
dalam penguraian dan pengukuran pos-pos aktiva tetap adalah memberikan indikasi
jumlah fisik atau kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan dan juga beberapa
petunjuk mengenai usia relatifnya serta taksiran masa pakainya yang akan
datang. Semua informasi itu tidak mungkin terpenuhi dengan sejumlah angkadalam
rupiah. Namun demikian untuk aktiva atau aktiva tertentu mungkin lebih relevan
jika digunakan basis penilaian input daripada nilai likuidasinya : dan suatu
penilaian yang di dasarkan pada tafsiran nilai barang atau jasa atau arus kas
di masa mendatang tidak mungkin di pergunakan sebagai pengukur baik secara
teoritis maupun praktis. Suatu jumlah akumulasi penyusutan yang di kurangkan
dari suatu nilai input tidak dapat menghasilkan gambaran yang cukup tentang
kondisi atau usia relatif aktiva tetap tersebut.
Tujuan ketiga
adalah tujuan yang penting dari klasifikasi dan penilaian aktiva tetap untuk
menyajikan suatu gambaran mengenai kegiatan suatu perusahaan sebagaimana pengelompokkan
moneter dan aktiva lancar menunjukkan informasi mengenai kegiatan perusahaan,
demikian pula halnya dengan pengelompokkan investasi dalam pos-pos modal.
Jumlah relatif modal yang di tanamkan dalam aktiva tetap merupakan informasi
yang relevan bagi penanam modal dan para kreditur, karena hal itu mungkin dapat
menambah informasi untuk membantu meramal arus kas di masa depan dan memberikan
petunjuk mengenai periode sebelum perusahaan berkesempatan menanamkan kembali
sumber dayanya untuk penggunaan yang sama atau penggunaan lainnya tanpa adanya
keharusan likuidasi (forced liquidation). Dalam perusaan Public Utility
(pelayanan umum seperti PLN, TELKOM, GAS, dll) dan dalam berbagai perusahaan
jasa lainnya, jumlah yang ditanamkan sebagai pos-pos modal jangka panjang
merupakan kelompok terpenting sebagai sumber daya penghasilan di masa
mendatang. Karena alasan inilah maka sebagian besar public utility menyajikan
pos-pos aktiva tetap pada bagian pertama dalam neraca, mendahului aktiva
lancar. Pos-pos aktiva tetap nonoperasional biasanya disajikan di neraca dalam
kelompok yang terpisah, meskipun masalah penilaian dan penyusutanya sama dengan
aktiva tetap operasi. Karena itu sebagian besar uraian berikut akan dikaitkan
baik dengan unsur-unsur aktiva tetap operasional maupun non operasional.
Klasifikasi aktiva tetap secara umum terdiri atas:
1.
Aktiva Tetap
Berwujud (fixed asset)
Adalah aktiva-aktiva yang berwujud yang
sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal.
Istilah relatif permanen menunjukan sifat dimana aktiva yang bersangkutan dapat
digunakan dalam jangka waktu yang relatif cukup lama.
Akitiva tetap berwujud yang dimiliki
oleh suatu perusahaan dapat mempunyai macam-macam bentuk seperti tanah,
bangunan, mesin-mesin dapat alat-alat, kendaraan, mebel dan lain-lain. Dari
macam-macam aktiva tetap berwujud di atas untuk tujuan akutansi dilakukan pengelompokan
sebagai berikut :
-
Aktiva tetap yang
umurnya tidak terbatas seperti tanah untuk letak perusahaan, pertanian dan
peternakan.
-
Aktiva tetap yang
umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya bias diganti dengan
aktiva yang sejenis.
-
Aktiva tetap yang
umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya tidak dapat diganti
dengan aktiva yang sejenis.
Aktiva tetap biasanya digolongkan menjadi empat kelompok, yaitu : Tanah, seperti tanah yang digunakan sebagai tempat berdirinya gedung-gedung perusahaan. Perbaikan tanah, seperti jalan-jalan diseputar lokasi perusahaan yang dibangun oleh perusahaan, tempat parkir, dan pagar. Gedung, seperti kantor, toko, pabrik, dan gudang. Peralatan, seperti peralatan kantor, peralatan pabrik, mesin-mesin, kendaraan, dan mebel. Sudut Substansi
2.
Aktiva Tetap
Tidak Berwujud (intangible asset)
Aktiva tidak berwujud adalah aktiva tetap
perusahaan yang secara fisik tidak dapat dinyatakan. Contoh Aktiva tidak
berwujud adalah hak paten, hak cipta hak merek, biaya riset dan pengembangan
biaya ditangguhkan serta hak pengusahaan sumber alam. Aktiva tidak berwujud
dapat diperoleh melalui pembelian atau dikembangkan sendiri oleh perusahaan.
Apabila suatu aktiva tidak berwujud
diperoleh dengan membeli dari pihak luar, maka disamping harga beli yang
termasuk sebagai harga perolehan (cost) adalah biaya – biaya tambahan untuk
mendapatkannya seperti biaya yang dibayarkan kepada pemerintah dan notaries
serta biaya administrasi yang berhubungan. Apabila suatu aktiva tidak berwujud
diperoleh dengan jalan mengembangkan sendiri ,maka termasuk dalam harga
perolehan adalah biaya-biaya bahan, peralatan, dan fasilitas, biaya gaji dan
upah dan biaya tidak langsung misalnya alokasi biaya administrasi dan umum. Aktiva
tidak berwujud mungkin timbul dari :
1. Pemerintah-seperti
hak paten, hak cipta, frenchis, merek dagang, dan nama dagang.
2. Perusahaan lain, misalnya pembelian yang mencakup pembayaran untuk
goodwill.
3. Perjanjian tertentu-seperti frenchise dan
lease.
Aset
Tidak Berwujud hanya dapat diakui apabila berasal dari eksternal. Sedangkan
biaya penelitian dan pengembangan yang terkait dengan upaya menghasilkan aset
tidak berwujud secara internal tidak dapat diakui sebagai Aset Tidak Berwujud,
kecuali merupakan bagian dari perolehan aset lain.
PEROLEHAN, PENYUSUTAN DAN PELAPORAN
Kekayaan yang dimiliki
oleh perusahaan disebut aktiva atau harta (assets). Aktiva menunjukan
bentuk kekayaan yang dimiliki perusahaan yang merupalan sumber daya (resources)
bagi perusahaan untuk melakukan usaha. Setiap perusahaan memiliki laporan
keuangan. Laporan keuangan adalah laporan yang dirancang untuk para pembuat
keputusan, terutama pihak diluar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil
usaha perusahaan. Laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan laba rugi dan
laporan arus kas. Neraca adalah laporan keuangan yang dapat memberi informasi
tentang sumber-sumber daya yang dimiliki perusahaan dan sumber pembelanjaan
untuk memperolehnya. Laporan ini menyajikan posisi keuangan perusahaan yang
didalamnya terdiri dari tiga komponen penting yaitu aktiva, kewajiban dan
modal. Aktiva dapat dibedakan menjadi dua, yaitu aktiva lancar dan aktiva
tetap.
1. Harga Perolehan
1. Harga Perolehan
Semua
biaya yang terjadi untuk memperoleh suatu aktiva tetap sampai tiba ditempat dan
siap dipakai harus dimasukkan sebagai bagian dari harga perolehan (cost) aktiva
yang bersangkutan.
Contoh :
apabila
perusahaan membeli sebuah tanah dengan harga Rp.20.000.000 dan untuk biaya
notarisnya Rp.400.000, biaya balik nama sebesar Rp.300.000 dan komisi kepada
makelar Rp.200.000 maka harga perolehan dari tanah tersebut adalah
Rp.20.900.000.
Perolehan Dengan Angsuran
Ada
kalanya aktiva tetap dibeli secara angsuran. Dalam hal demikian kontrak
pembelian dapat menyebutkan bahwa pembayaran akan dilakukan dalam sekian kali
angsuran dan terhadap saldo yang belum dibayar dikenakan bunga.
Contoh :
perusahaan
membeli tanah dengan harga Rp.50.000.000,- dengan 25 kali angsuran bulanan
terhadap saldo yang belum dibayar, dan dikenakan bunga 12% setahun.
Ayat
jurnal yang perlu dibuat yaitu :
Tanah Rp.50.000.000,-
Hutang angsuran
Rp.50.000.000,-
Pada waktu membayar angsuran pertama, jumlah yang harus dibayar dihitung sebagai berikut:
Angsuran
bulanan Rp.50.000.000,- / 25 = Rp. 2.000.000,-
Bunga
selama sebulan yg belum dibyr 1/12 x 12% x Rp.50.000.000,- = Rp. 500.000,-
Jumlah
yang harus dibayar
= Rp. 2.500.000,-
Ayat jurnal yang perlu dibuat untuk pembayaran ini :
Hutang angsuran
Rp. 2.000.000,-
Biaya bunga
Rp. 500.000,-
Bank
Rp.2.500.000,-
Angsuran kedua terdiri dari hutang pokok bulanan sebesar Rp.2.000.000,- dan sisa hutang Rp.48.000.000,- Bunga yang dibebankan 1/12 x 12% x Rp.48.000.000,- = Rp.480.000,-.
Ayat
jurnal yang perlu dibuat yaitu :
Hutang
angsuran
Rp. 2.000.000,-
Biaya
bunga
Rp. 480.000,-
Bank
Rp.2.480.000,-
proses perhitungan, pembayaran dan pencatatan angsuran seperti tersebut akan berulang setiap bulan sekali sampai semua hutang angsuran telah dibayar.
2. Penyusutan
Semua jenis aktiva
tetap kecuali tanah, akan semakin berkurang kemampuannya untuk memberikan jasa
bersamaan dengan berlalunya waktu. Beberapa faktor yang mempengaruhi menurunnya
kemampuan ini adalah pemakaian, keausan, ketidakseimbangan kapasitas yang
tersedia dengan yang diminta dan keterbelakangan teknologi. Berkurangnya
kapasitas berarti berkurangnya nilai aktiva tetap yang bersangkutan dan hal ini
perlu dicatat dan dilaporkan. Pengakuan adanya penurunan nilai aktiva tetap berwujud
ini disebut penyusutan (depreciation). Ayat jurnal yang perlu dibuat untuk
mencatat penyusutan dalam debit biaya penyusutan dan kredit akumulasi
penyusutan. Perkiraan akumulasi penyusutan digunakan untuk mencatat secara
akumulatif jumlah penyusutan yang telah dilakukan. Selisih antara harga
perolehan dengan akumulasi penyusutan merupakan bagian dari harga perolehan
yang belum disusutkan. Selisih ini disebut nilai buku (book value) aktiva
tetap.
Metode Penyusutan
Ada dua faktor yang mempengaruhi
besarnya penyusutan yaitu nilai aktiva tetap yang digunakan dalam penghitungan
penyusutan (dasar penyusutan) dan taksiran manfaat. Dasar penyusutan dapat
berupa harga perolehan dan nilai buku.
Untuk menghitung penyusutan, taksiran
manfaat dinyatakan dalam tarif penyusutan dan dapat dihitung dengan rumus
:
Metode
garis lurus (Straight line)
Biaya penyusutan dialokasikan
berdasarkan berlalunya waktu, dalam jumlah yang sama, sepanjang masa manfaat
aktiva tetap.
Biaya penyusutan = Tarif penyusutan x
Dasar penyusutan
Dasar penyusutan = Harga perolehan –
nilai sisa
Contoh :
tarif penyusutan dengan taksiran manfaat
5 tahun , maka tarifnya 100% : 5 = 20 %
harga kendaraan Rp 12.500.000, nilai
sisa diperkirakan Rp 1.550.000,-
maka biaya penyusutannya = 20%
(Rp.12.500.000 – Rp.1550.000) = Rp.2.190.000
TAHUN
|
PEROLEHAN BIAYA
|
PENYUSUTAN
|
AKUMULASI PENYUSUTAN
|
NILAI BUKU
|
1
|
12.500.000
|
2.190.000
|
2.190.000
|
10.310.000
|
2
|
12.500.000
|
2.190.000
|
4.380.000
|
8.120.000
|
3
|
12.500.000
|
2.190.000
|
6.570.000
|
5.930.000
|
4
|
12.500.000
|
2.190.000
|
8.760.000
|
3.740.000
|
5
|
12.500.000
|
2.190.000
|
10.950.000
|
1.550.000
|
Metode
saldo menurun (Declining balance)
Biaya penyusutan akan merata sepanjang
umur aktiva tetap dan biaya penyusutan makin menurun dari tahun ke tahun selama
taksiran masa manfaat dikarenakan semakin tua, kapasitas aktiva dalam
memberikan jasanya juga akan semakin menurun.
Biaya penyusutan = Tarif penyusutan x
Dasar penyusutan
Dasar penyusutan = Nilai buku awal
periode
Metode jumlah angka tahun akan
menghasilkan jadwal penyusutan yang sama dengan metode saldo menurun. Jumlah
penyusutan akan makin menurun dari tahun ke tahun.
Biaya penyusutan = Tarif penyusutan x Dasar penyusutan
Dasar penyusutan = Harga perolehan –
nilai sisa
Metode unit produksi, dalam metode unit
produksi taksiran manfaat dinyatakan dalam kapasitas produksi yang dapat
dihasilkan. Kapasitas produksi itu sendiri dapat dinyatakan dalam bentuk unit
produksi, jam pemakaian, kilometer pemakaian atau unit-unit kegiatan yang lain.
Harga perolehan dikurangi nilai sisa merupakan dasar penyusutan.
3. Penilaian dan pelaporan
Aktiva tetap dinilai
sebesar nilai bukunya, yaitu harga perolehan dikurangi dengan akumulasi
penyusutan. Tetapi apabila manfaat ekonomi dari suatu aktiva tetap tidak lagi
sebesar nilai bukunya, maka aktiva tersebut dinyatakan sebesar jumlah yang
sepadan dengan nilai manfaat ekonomi yang tersisa. Penurunan nilai kegunaan
aktiva tersebut dicata sebagai kerugian. Dalam laporan keuangan, aktiva tetap
dirinci menurut jenisnya, seperti tanah, gedung, mesin-mesin, peralatan dan
lain-lain.
Contoh penyajian kelompok aktiva tetap di neraca apabila akumulasi penyusutan dikurangkan secara keseluruhan adalah sebagai berikut :
Aktiva tetap :
Peralatan kantor
Rp.
30.000.000
Peralatan toko
Rp. 50.000.000
Kendaraan
Rp. 25.000.000
Gedung
‘ Rp. 105.000.000
Tanah
Rp. 20.000.000
Total Rp. 230.000.000
Akumulasi
penyusutan
Rp.
(52.500.000)
Total
aktiva tetap, neto
Rp.
177.500.000
PENJUALAN
Aktiva
tetap yang sudah tidak terpakai lagi dapat ditarik dari pemakaian. Penarikan
(retirements) dapat dilakukan dengan dijual, ditukarkan dengan aktiva lain atau
dibuang begitu saja (dihapuskan). Ayat jurnal yang harus dibuat untuk ketiga
macam transaksi tersebut sedikit berbeda, namun yang pasti, nilai buku aktiva
yang bersangkutan harus dikeluarkan dari pembukuan. Hal ini dilakukan dengan
mengkredit harga perolehan dan mendebit akumulasi penyusutannya. Suatu aktiva
tetap tidak boleh dikeluarkan dari pembukuan hanya karena telah habis
disusutkan. Harga perolehan maupun akumulasi penyusutan aktiva tetap yang telah
habis disusutkan tetap disajikan, walaupun kalau dinettokan, nilai bukunya sama
dengan nol.
Apabila suatu aktiva tetap dijual, niai bukunya dihitung sampai dengan tanggal penjualan. Nilai buku ini kemudian dibandingkan dengan hasil penjualan yang diterima. Selisih yang diperoleh merupakan keuntungan atau kerugian karena penjualan aktiva tetap.
Apabila suatu aktiva tetap dijual, niai bukunya dihitung sampai dengan tanggal penjualan. Nilai buku ini kemudian dibandingkan dengan hasil penjualan yang diterima. Selisih yang diperoleh merupakan keuntungan atau kerugian karena penjualan aktiva tetap.
PENUKARAN
Suatu
aktiva tetap yang sudah berkurang manfaatnya, dapat ditukarkan dengan yang
lain. Penukaran aktiva teatp dapat dilakukan dengan aktiva sejenis (misalnya
mobil dengan mobil) atau dapat juga dengan tidak sejenis (misalnya mobil dengan
mesin).
Dalam
penukaran (trade in) aktiva tetap, terlebih dahulu harus ditentukan nilai
tukarnya (trade in allowance). Selisih antara nilai tukar aktiva lama dengan
harga aktiva baru merupakan keuntungan atau kerugian dari penukaran. Apabila
nilai tukar lebih besar dari nilai buku, maka memperoleh keuntungan dan
sebaliknya jika nilai tukar lebih kecil dari nilai buku maka merupakan
kerugian. Ada dua cara pencatatan untuk transaksi penukaran aktiva tetap yaitu
:
a. Untuk penukaran aktiva tidak sejenis
,keuntungan dan kerugian dibebankan dalam tahun berjalan.
b. Untuk penukaran aktiva sejenis,keuntungan
dikurangkan pada harga aktiva baru, sedangkan kerugian dibebankan dalam tahun
berjalan.
PENGHAPUSAN
Kemungkinan
lain bagi aktiva yang sudah tidak bermanfaat adalah dihapuskan. Ini terjadi
kalau aktiva tetap tidak dapat dijual atau ditukarkan. Apabila aktiva belum
disusutkan penuh, maka akibat penghapusan ini adalah terjadinya kerugian
sebesar nilai buku. Seperti halnya kerugian dari penjualan aktiva tetap
kerugian karena penghapusan aktiva juga dilaporkan sebagai biaya lain-lain.
Adakalanya penghapusan aktiva tetap dilakukan karena kejadian – kejadian yang
tidak diharapkan seperti kebakaran.
Contoh :
Anggaplah bahwa mobil yang dibeli pada
tanggal 2 Januari 2014 dengan harga Rp.10.000.000, pada tanggal 1 Juli 2014
mengalami tabrakan berat dan tidak dapat dipakai lagi. Ganti rugi yang diterima
dari perusahaan asuransi adalah Rp. 8.000.000.
Ayat jurnal yang sesuai
yaitu :
Pertama
Biaya penyusutan
1.000.000
Akumulasi
penyusutan 1.000.000
Kedua
Akumulasi
penyusutan 7.000.000
Kerugaian karena penghapusan
a.t 3.000.000
Kendaraan
10.000.000
Ketiga
Piutang klaim
asuransi 8.000.000
Pendapatan
klaim asuransi 8.000.000
Penjelasan Ayat jurnal :
(1)
Pencatatan penyusutan
dari tanggal 1 Januari 2014 sampai dengan 1 Juli 2014 yang belum dicatat.
(2)
mencatat penghapusan
aktiva tetap
(3)
mencatat klaim asuransi
yang akan diterima.
INVESTASI AKTIVA TETAP
Dana
yang tertanam dalam aktiva tetap seperti halnya dana yang diinvestasikan dalam
aktiva lancar juga mengalami proses perputaran. Secara konseptual sebenarnya
tidak ada perbedaan antara investasi dalam aktiva tetap dengan investasi dalam
aktiva lancar. Investasi dalam aktiva tetap (seperti mesin-mesin, bangunan,
kendaraan dan lain-lain) dana yang ditanam didalamnya akan diterima kembali
keseluruhannya oleh perusahaan dalam waktu beberapa tahun, dan kembalinya
secara berangsur-angsur. Jumlah dana yang tertanan tidak sama jumlahnya selama
periode investasi atau selama umur penggunaan aktiva tersebut. Jumlah dana yang
terikat dalam aktiva tetap akan berangsur-angsur berkurang sesuai dengan metode
depresiasi yang digunakan.
Dalam
menilai untung tidaknya suatu investasi yang akan dipakai untuk mengambil
keputusan investasi ada beberapa kriteria yang digunakan. Pada dasarnya
kriteria penilaian investasi tersebut dapat digolongkan menjadi 2 golongan
yaitu :
1.
Kriteria investasi yang
mendasarkan pada konsep keuntungan yaitu Average Rate of Return (ARR) /
Acounting Rate of Return (ARR)
2.
Kriteria yang
mendasarkan pada konsep cash flow, terdiri dari :
a.
Konsep cash flow yang
tidak memperhatikan nilai waktu dari uang atau faktor diskonto (nondisconted
cash flow) yaitu medote pay back periode
b.
Konsep cash flow yang
memperhatikan nilai waktu dari uang atau kaktor diskonto (discounted cash flow)
yaitu :
-
Nilai sekarang
bersih/neto atau Net Present Value (NPV)
-
Indek Keuntungan /
Profitabilitas Indeks (PI)
-
Internal Rate of Return
(IRR)
1.
Average
Rate of Return (ARR)
Average Rate of Return
(ARR) adalah metode penilaian investasi yang berusaha menunjukkan ratio atau
perbandingan antara keuntungan neto tahunan terhadap nilai investasi yang
diperlukan untuk memperoleh laba/keuntungan tersebut baik diperhitungkan dengan
nilai awal investasi atau rata-rata investasi.
Jadi rate return dapat dihitung dengan =
Keuntungan neto Tahunan
Nilai Investasi awal
Atau atas dasar rata-rata investasi =
Keuntungan neto Tahunan
/ Nilai Rata-rata Investasi
2
Contoh
:
Suatu Perusahaan merencanakan untuk
membeli sebuah mesin baru yang sebelumnya belum dimiliki seharga
Rp.100.000.000,-, taksiran tambahan keuntungan bersih sesudah pajak akibat
dibelinya mesin tersebut :
TAHUN
|
KEUNTUNGAN
|
1
2
3
4
5
|
Rp. 8.000.000,-
Rp. 9.500.000,-
Rp.10.000.000,-
Rp.13.500.000,-
Rp.10.000.000,-
|
Total
|
Rp.51.000.000,-
|
Besarnya ARR atas dasar nilai investasi
awal adalah :
ARR = (Rp.51.000.000,- /
Rp.100.000.000,-) x 100% = 51%
Besarnya ARR atas dasar nilai rata-rata
investasi awal adalah :
ARR = (Rp.51.000.000,- /
Rp.100.000.000,-) x 100% = 25,5%
2
Untuk pengambilan keputusan untuk diterima
tidaknya adalah investasi yang direncanakan berdasarkan ARR ini adalah
dibandingkan dengan target ARR atau minimum ARR yang ditetapkan, masing-masing
dengan dasar nilai investasi awal dan rata-rata investasi. Investasi yang
diterima adalah investasi yang menghasilkan ARR lebih besar dari ARR minimum.
2.
Net
Present Value
Dalam periode ini kita menggunakan
faktor diskonto. Semua pengeluaran dan penerimaan harus diperbandingkan dengan
nilai yang sebanding dalam arti waktu. Dalam hal ini berarti kita harus
mendiskontokan nilai-nilai pengeluaran dan penerimaan ke dalam penilaian yang
sebanding. Urutan-urutan perhitungan dalam metode ini adalah sebagai berikut ;
a.
Menghitung cash flow
yang diharapkan dari investasi yang akan dilaksanakan
b.
Mencari nilai sekarang (present
value) dari cash flow dengan mengalikan tingkat diskonto/discount rate tertentu
yang ditetapkan.
c.
Kemudian jumlah nilai
sekarang / present value dari cash flow selama umur investasi dikurangi dengan
nilai investasi awal akan menghasilkan net present value / NPV
Contoh
:
Suatu investasi yang akan mengeluarkan
dana sebesar Rp.15.000.000,- yang berumur 6 tahun dan akan memperoleh
penerimaan kas bersih selama 6 tahun adalah :
TAHUN
|
PENERIMAAN
KAS BERSIH
|
1
2
3
4
5
6
|
Rp. 2.000.000,-
Rp. 5.000.000,-
Rp. 6.000.000,-
Rp. 8.000.000,-
Rp. 4.000.000,-
Rp. 1.000.000,-
|
Total
|
Rp.26.000.000,-
|
Jika dipergunakan tingkat diskonto
sebesar 15% maka net present value / NPV dari rencana investasi.
TAHUN
|
NET
CASH FLOW / PROCEEDS
|
TINGKAT
DISKONTO 15%
|
PRESENT
VALUE NET CASH FLOW
|
1
2
3
4
5
6
|
Rp. 2.000.000,-
Rp. 5.000.000,-
Rp. 6.000.000,-
Rp. 8.000.000,-
Rp. 4.000.000,-
Rp. 1.000.000,-
|
0,870
0,756
0,658
0,572
0,497
0,432
|
Rp. 1.740.000,-
Rp. 3.780.000,-
Rp. 3.948.000,-
Rp. 4.576.000,-
Rp. 1.988.000,-
Rp.
432.000,-
|
Total
|
Rp.16.464.000,-
|
NPV
= PV Of Proceeds – Initial Outlays
Jadi Net Present Value = Rp.16.464.000,-
- Rp.15.000.000,- = Rp.1.464.000,-
3.
Payback
Period
Payback
period menunjukkan periode waktu yang diperoleh untuk menutup kembali uang yang
telah diinvestasikan dengan hasil yang akan diperoleh (net cash flow) dari
investasi tersebut. Payback period ini dimaksudkan untuk mengukur kecepatan
dari suatu investasi dan dapat dikutip kembali dengan net cash flow dari hasil
inventaris.
Dari
contoh soal mengenai ARR diatas, apabila ditetapkan payback period maksimum
disyaratkan 4 tahun, maka dapat diperhitungkan sebagai berikut :
TAHUN
|
KEUNTUNGAN
SETELAH PAJAK
|
BIAYA
PENYUSUTAN DENGAN METODE STRATEGI LINE
|
NET CASH
FLOW
|
SISA
NILAI INVESTASI
|
1
2
3
4
5
|
Rp. 8.000.000,-
Rp. 9.500.000,-
Rp.10.000.000,-
Rp.13.500.000,-
Rp.10.000.000,-
|
Rp. 10.000.000,-
Rp. 10.000.000,-
Rp. 10.000.000,-
Rp. 10.000.000,-
Rp. 10.000.000,-
|
Rp. 18.000.000,-
Rp. 19.500.000,-
Rp. 20.000.000,-
Rp. 23.500.000,-
Rp. 20.000.000,-
|
Rp. 82.000.000,-
Rp. 62.500.000,-
Rp. 42.500.000,-
Rp. 19.000.000,-
(lebih
101.000.000)
|
Atas
dasar tabel tersebut diatas maka payback period dari rencana investasi yang
akan dilaksanakan itu adalah 4 tahun lebih dan kurang dari 5 tahun.
Apabila
kita bandingkan dengan payback maksimum yang disyaratkan maka payback period
investasi yang akan dilaksanakan lebih besar dari payback period maksimum, oleh
karena itu investasi itu ditolak atau jadi dilaksanakan.
4.
Profabilitas
Indeks (PI)
Profabilitas
Indeks (PI) adalah perbandingan dari present value dari net cash flow dengan
present value dari initial outlays
PI
= P.V.Net Cash Flow (Proceeds)
P.V. Initial Outlays (IO)
Untuk
pengambilan keputusan dari kriteria penilaian profitabilitas Indeks adalah
apabila PI lebih besar dari 1 maka usulan inventaris akan diterima dan
dilaksanakan tetapi apabila PI kurang dari 1 maka investasi itu akan ditolak.
Dari
contoh tersebut pada kriteria NPV, maka
PV
of Proceeds = Rp. 16.464.000,-
PV
of Outlays/Initial Outlays = Rp. 15.000.000,-
Profitabilitas
Indeks (PI) = Rp. 16.464.000,-
Rp. 15.000.000,-
= Rp.1,0976
Karena
PI adalah Rp.1,0976 lebih besar dari 1 maka urulan investasi tersebut diterima.
5.
Internal
Rate Return (IRR)
Internal
Rate Return addalah tingkat diskonto yang menjadikan sama antara present value
dari penerimaan cash dan present value dari nilai investasi discount rate yang
menunjukkan net present value atau sama besarnya dengan nol.
Oleh
karena itu IRR adalah merupakan tingkat diskonto dari persamaan dibawah ini :
IO
= P1
+ P2 +................Pn
(1+i)1 (1+i)2 (1+i)n
IO
= Initial outlays (nilai investasi mula-mula)
Pt
= Net cash flow (proceed) oada tahun ke-t
i
= Tingkat diskonto
n
= Lama waktu / Periode umur investasi
Apabila
dengan discount rate yang kita pilih dihasilkan NPV positif (+) maka IRR yang
akan dicari diatas discount rate tersebut, sehingga harus diambil discount rate
yang lebih besar. Sebaliknya apabila dengan discount rate yang kita ambil menghasilkan
NPV negatif (-) maka IRR berada dibawah discount rate / tingkat discount
tersebut, seterusnya kita cari dengan coba-coba sampai menemukan discount rate
yang menghasilkan NPV = 0 (nol).
Tetapi
Internal Rate or Return dapat dicari dengan menggunakan rumus :
IRR
= IR1
– NPV1 IR2
– IR1
NPV2
– NPV1
Dimana
:
IRR
= Internal
Rate of Return yang akan dicari
IR1
= Internal
Rate (tingkat bunga) untuk penetapan ke-1
IR2 = Internal Rate (tingkat bunga) untuk penetapan ke-2
NPV1 = Net
Present Value dari hasil IR-1
NPV1 = Net
Present Value dari hasil IR-2
Berdasarkan
contoh diatas besarnya IR dapat kita hitung dengan ditetapkan tingkat bunga
pertama adalah 15% sedangkan yang kedua adalah 20%.
Tahun
|
Net Cash Flow
/ Proceeds
|
IR 15%
|
IR 20%
|
||
DF*)
|
PV
|
DF*)
|
PV
|
||
1
2
3
4
5
6
|
2.000.000
5.000.000
6.000.000
8.000.000
4.000.000
1.000.000
|
0,870
0,756
0,658
0,572
0,497
0,432
|
1.740.000
3.780.000
3.948.000
4.576.000
1.988.000
432.000
|
0,833
0,694
0,579
0,482
0,402
0,335
|
1.666.000
3.470.000
3.474.000
3.856.000
1.608.000
335.000
|
PV
Proceeds
|
|
16.464.000
|
|
14.409.000
|
|
PV
Outlays
|
|
15.000.000
|
|
15.000.000
|
|
NPV
|
|
1.464.000
|
|
(591.000)
|
IRR
= 15% - 1.464.000,- 20% - 15% .
(591.000,-)
– 1.464.000,-
= 15% - 1.464.000,- 15% .
(2.055.000,-)
= 15% + 7.320.000,-
2.055.000,-
= 18,56%
Apabila
IRR > Required rate of return atau IRR > weighted cost usulan investasi
diterima dan sebaliknya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah kita mengupas
beberapa masalah seputar aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud, dapat
disimpulkan bahwa aktiva tetap berwujud adalah aktiva-aktiva yang berwujud yang
sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal.
Seperti, mesin, peralatan, tanah, dan lain-lain. Sedangkan aktiva tetap tidak
berwujud adalah aktiva tetap perusahaan yang secara fisik tidak dapat
dinyatakan, tetapi berpengaruh terhadap kontinuitas perusahaan, seperti hak
paten, merk dagang, hak cipta, dan lain-lain.
Adapun perbedaan yang
menonjol dari keduanya yaitu bentuk nyata atau bentuk fisik, nilai aktiva, Usia
atau umur aktiva. Perlakuan akuntansi aktiva tak berwujud menyangkut masalah
yang tidak berbeda dengan perlakuan akuntansi terhadap aktiva tetap,
diantaranya adalah penentuan nilai perolehan, perlakuan akuntansi selanjutnya
terhadap nilai perolehan tersebut dalam kondisi usaha normal (amortisasi), dan
perlakuan akuntansi atas penurunan nilai aktiva tak berwujud yang material dan permanen.
Kesulitan yang dihadapi dalam pemecahan masalah perlakuan akuntansi aktiva tak
berwujud pada umumnya disebabkan oleh sifat aktiva tersebut, seperti tidak
adanya wujud fisik yang menyebabkan bukti keberadaannya kabur, dan kesulitan
dalam penentuan nilai perolehan serta masa manfaat keekonomiannya.
3.2 Saran
Setelah
disusunnya makalah mengenai aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud,
diharapkan dapat menambah wawasan pembaca khususnya dimata kuliah pengantar
akuntansi. Begitu juga alangkah baiknya apabila kita mencari sumber referensi
lebih banyak dari berbagai sumber sehingga ilmu dan wawasan yang kita dapatkan
semakin luas.
No comments:
Post a Comment